Minggu, 29 April 2018

Melek Teknologi, Perlukah?

Di era digital sekarang ini, banyak aspek dalam kehidupan kita yang berubah seiring dengan perkembangan zaman. Bahasa, budaya, ekonomi kreatif adalah yang paling signifikan dan terasa perubahannya. Tidak dapat dipungkiri, teknologi adalah hal yang paling melekat dalam kehidupan sehari-hari kita.

Apa yang terlintas ketika mendengar kata "teknologi"? Sistem informasi, akses internet, perantara komunikasi, dan lainnya. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Singkatnya, teknologi lah yang berperan penting dalam kelangsungan kehidupan kita, seperti mesin. Jika kamu pernah menonton film Bollywood yang berjudul 3 Idiots , pasti kamu mengingat part saat sang tokoh utama, Rancho, yang menjelaskan apa itu mesin dengan bahasa yang mudah dipahami. Ia menjelaskan bahwa mesin adalah ketika saat kamu merasa panas, ada alat yang dapat membuat rasa panas itu hilang, yaitu kipas angin. Ketika ingin menghubungi kerabat yang berada di tempat yang jauh, ada alat yang dapat memudahkan untuk menghubungi mereka dengan menggunakan telepon. Dan masih banyak lagi contoh lainnya. 

Mungkin ini sudah kerap kali dijadikan bahan perdebatan, atau lebih tepatnya, isu yang sering diangkat dalam tiap kesempatan diskusi.

Bisa kita ambil contoh dalam kehidupan nyatanya, sudah banyak lapisan masyarakat yang "melek" teknologi. Mulai dari anak-anak, usia produktif, hingga lanjut usia. Namun, porsi penggunannya cukup berbeda. Seperti yang saya alami secara pribadi, balita pun dapat mengoperasikan gawai (gadget) yang dia miliki. Singkat cerita, saya mempunyai sepupu berusia tiga tahun. Meskipun belum bisa membaca, entah darimana dia tahu cara membuka aplikasi YouTube yang ada pada telepon genggamnya. Ya, kamu nggak salah baca kok, dia memang sudah punya gadget sendiri. Kaget? Biasa saja, ya, sepertinya. Mungkin kalau 3 atau 5 tahun yang lalu, hal tersebut masih belum terlalu banyak ditemui. Akan tetapi, sekarang sudah banyak para orang tua yang memberikan fasilitas itu kepada anak-anak mereka, yang sejujurnya menurut saya hal tersebut masih belum perlu dilakukan. Yang sangat diperlukan adalah melek teknologi bagi kita para usia produktif. Mengapa demikian? Usia kita lah yang menentukan perubahan pada bangsa. Jangan pernah jadi apatis soal hal-hal yang sedang berkembang di sekitar kita. Jika hal itu tidak menarik minatmu,  seperti halnya politik, jangan pernah tutup telinga, tetaplah ambil baiknya dan buang buruknya. 

Memilah hal yang disukai itu boleh, merem jangan. 

Minggu, 22 April 2018

Pribumi yang Mendunia

"Habis Gelap Terbitlah Terang"


Siapa yang tak kenal kutipan tersebut? Tak jarang dari kita selalu mengaitkannya dengan sosok wanita inspiratif tanah air, yakni Kartini. Sosok beliau yang pantang menyerah seringnya dijadikan panutan oleh sebagian besar wanita-wanita Indonesia sejak zaman dulu. Siapa yang tak setuju? Berkat kegigihannya memperjuangkan hak-hak kesetaraan wanita, pemilik nama lengkap Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat ini bahkan dikenal oleh dunia sebagai pahlawan nasional bangsa Indonesia. Hari kelahirannya yang jatuh pada tanggal 21 April lalu kemudian diperingati sebagai Hari Kartini untuk mengenang jasa beliau kepada bangsa Indonesia.

sumber: https://www.avoskinbeauty.com/blog/6-sikap-positif-ra-kartini-kamu-contoh/

R.A. Kartini merupakan keturunan bangsawan, ayahnya yang bernama Raden Mas Sosroningrat dikenal sebagai bupati Jepara ketika itu. Ibunya bukan berasal dari keturunan bangsawan, melainkan hanya seorang rakyat biasa. Dalam kesehariannya, seperti yang kita ketahui, anak-anak perempuan pada masa itu tidak diperbolehkan mengenyam bangku sekolah, mereka hanya boleh tinggal di rumah. Namun lain halnya dengan Kartini, sebagai seorang bangsawan, beliau diperbolehkan mengenyam pendidikan di ELS (Europese Lagere School). Kartini yang fasih berbahasa Belanda sering berkirim surat dengan temannya yang berada di Belanda. Dalam suratnya, beliau menumpahkan pikiran mengenai pendapatnya tentang wanita pribumi dan wanita Belanda. Beliau lalu tergerak untuk memperjuangkan hak-hak wanita pribumi yang pada saat itu masih berstatus sosial rendah jika dibandingkan dengan kaum pria, seperti kebebasan untuk menuntut ilmu dan berhak memperoleh persamaan serta keseteraan hak.

Jika dibandingkan dengan saat ini, kita patut bangga dengan pencapaian wanita-wanita Indonesia yang memiliki prestasi tak kalah hebatnya seperti cita-cita luhur R. A. Kartini yang ingin melihat perempuan pribumi dapat mengenyam pendidikan seperti sekarang ini.

Tak dapat dielak, sosoknya memang terus dikenang sebagai pahlawan nasional wanita yang tak akan lekang oleh waktu. Akan tetapi, di era globalisasi saat ini tidak sedikit, lho, figur wanita yang juga dapat kita jadikan pacuan untuk terus memperjuangkan apa yang kita yakini. Dilansir dari Ambisee Indonesia, dalam World Most Admired YouGov Women Category ada banyak prestasi wanita Indonesia yang telah diukir dan diakui oleh dunia. Mereka antara lain adalah Susi Pudjiastuti, Agnez Mo, Sri Mulyani, dan Tri Rismaharini.

1. Susi Pudjiastuti  

sumber: https://www.vemale.com/cantik/112660-definisi-cantik-
menurut-menteri-susi-pudjiastuti-ialah-yang-enak-dilihat.html

Terlahir dari keluarga pengusaha ternak ikan mengantarkan sosok Ibu Susi menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan ke-6 Indonesia di bawah kabinet kerja Presiden Joko Widodo periode 2014-2019. Ibu Susi memulai bisnisnya sejak tahun 1983 menjadi pengepul ikan di kota kelahirannya, Pangandaran, Jawa Barat. Ketika bisnisnya makin berkembang, pada tahun 1996 beliau mendirikan PT. ASI Pudjiastuti Marine Product yang bergerak di bidang produk pengolahan ikan. Dengan melambungnya perkembangan bisnis yang ia jalani hingga pasar Asia dan Amerika, ia berinisiasi untuk memiliki pesawat sendiri sebagai alat transportasi untuk mengangkut produk hasil lautnya agar cepat sampai pada tujuan. Pada tahun 2004 ia memutuskan untuk membeli sebuah pesawat yang kemudian menuntunnya mendirikan PT. ASI Pudjiastuti Aviation. Perusahaan yang bergerak di bidang penerbangan ini berkembang dengan pesat hingga saat ini.
Dari kegigihannya, ia meraih berbagai penghargaan dari kancah lokal maupun internasional. Salah satunya adalah Awards for Innovative Achievements, Extraordinary Leadership and Significant Contributions to the Economy pada APEC tahun 2011. 


 2. Agnez Mo
  

sumber: sumber: https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170924143002-227-243656/
long-as-i-get-paid-agnez-mo-tuai-pujian-youtuber-asing


Pelantun lagu Coke Bottle ini telah terjun ke industri hiburan semenjak usia dini. Ia terlihat beberapa kali menjadi pembawa acara pada program televisi anak-anak. Kepiawaiannya dalam bernyanyi pun telah ia tunjukkan sejak kecil. Tak hanya itu, Agnes juga jago akting, lho! Hal itu terlihat dari beberapa judul sinetron yang ia bintangi, seperti Lupus dan Pernikahan Dini. Karena kepopulerannya pada masa itu, ia sempat didapuk menjadi artis remaja dengan bayaran tinggi di Indonesia! Wah..
Dara multitalenta ini dipasangkan dengan aktor Jerry Yan dalam drama Taiwan berjudul The Hospital pada tahun 2005. Dalam dunia tarik suara, ia pernah berkolaborasi dengan penyanyi dan pencipta lagu asal Amerika, yaitu Keith Martin. Agnes pun pernah menjadi bintang pembuka dalam konser Boyz II Men yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, pada 2007. Ia lalu menggelar konser perdananya di Kuala Lumpur pada tahun yang sama.
Masih banyak lagi prestasi membanggakan yang diukir selama perjalanannya menapaki industri hiburan tanah air. Hal ini terlihat dari tidak sedikitnya penghargaan yang diraih oleh pemilik nama lengkap Agnes Monica Muljoto dalam seni tarik suara, pembawa acara, hingga seni peran. Keteguhannya akan impian "go international" menghantarkannya untuk bersaing menembus pasar musik internasional dan mendaratkan mimpinya di Los Angeles hingga saat ini.
Telah terjun ke dalam dunia tarik suara membuatnya diusung menjadi salah satu coach pada ajang pencarian bakat The Voice Indonesia dan The Voice Kids Indonesia pada 2016 lalu.
Tahun berikutnya, pada 2017 ia merilis lagu berjudul Long As I Get Paid. Ia pun mendapatkan banyak pujian dari peluncuran musik videonya di kanal YouTube miliknya yang telah diputar sebanyak 22 juta kali per hari ini.
Ia membuktikan pada khalayak bahwa mimpi itu harus diraih dengan usaha keras seperti motto hidupnya, yaitu "dream, believe and make it happen".

3. Sri Mulyani Indrawati

sumber: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160727110513-78-147327/
kembalinya-sri-mulyani-perempuan-terkuat-ke-23-di-dunia

Merupakan sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia, Ibu Sri Mulyani sempat dipercaya untuk menduduki beberapa posisi penting dalam pemerintahan Indonesia. Pada tahun 2005, ia ditunjuk menjadi Menteri Keuangan di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kabinet Indonesia Bersatu. Ketegasannya dalam membuat kebijakan untuk memecat para pelaku korupsi di lingkungan departemen keuangan menjadikannya salah satu wanita paling berpengaruh di Indonesia pada saat itu. Tak hanya itu, ia juga berhasil mendongkrak perekonomian Indonesia dengan meningkatkan investasi langsung luar negeri di Indonesia. Hal tersebut tentunya sangat membantu perekonomian Indonesia yang sempat terpuruk sejak krisis finansial Asia pada 1997.
Setelah jabatannya selesai pada 2010, ia ditunjuk menjadi salah satu dari tiga Direktur Pelaksana Bank Dunia. Hal itu menjadikannya wanita sekaligus orang Indonesia pertama yang mendapatkan kedudukan tersebut.
Ditinggalkan menjabat di Bank Dunia, Indonesia lalu mengalami kemunduran yang signifikan pada bidang perekonomiannya. Hal tersebut terlihat berpengaruh pada menurunnya nilai tukar rupiah pada saat itu.
Sebuah gebrakan terjadi pada 2016 saat Presiden Joko Widodo menjemputnya pulang untuk kembali menjabat sebagai Menteri Keuangan. Ia lalu membenahi kembali perekonomian Indonesia yang sempat merosot melalui program tax amnesty atau pengampunan pajak.
Pada 2014, peraih gelar Master of Science  of Policy Economics dan Ph.D. of Economics di University of Illinois at Urbana Champaign, USA ini dinobatkan sebagai wanita paling berpengaruh di dunia urutan ke-38 versi majalah Forbes. Lalu pada 2017 ia dinobatkan sebagai Menteri Keuangan Terbaik Se-Asia oleh majalah Finance Asia.

4. Tri Rismaharini



sumber: http://www.abouturban.com/2016/11/20/wajah-baru-surabaya-bersama-tri-rismaharini/

Ibu Risma, begitu panggilan akrabnya di kalangan warga Surabaya. Bu Risma dipercaya untuk menjabat sebagai Wali Kota Surabaya pada periode masa jabatan 2016-2021 setelah sebelumnya juga sempat menjabat pada periode 2010-2015. Lulusan sarjana arsitektur di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota. Pada masa jabatannya, ia membenahi penataan kota Surabaya yang sebelumnya kumuh menjadi lebih rapi dan asri. Hal tersebut terbukti dari menjamurnya taman-taman kota dan ruang terbuka hijau yang sebelumnya tidak terawat.
Pada 2014, terjadi insiden yang tidak terduga di Taman Bungkul berkaitan dengan penyelenggaraan bagi-bagi es krim gratis oleh perusahaan es krim Wall's di bawah naungan PT. Unilever. Acara tersebut menjanjikan pembagian es krim gratis sejumlah 10.000 buah. Akan tetapi, tidak disangka sekitar 70.000 pengunjung membludak berantusias untuk mendapatkan es krim gratis tersebut. Dampak negatif yang langsung membuat Ibu Risma marah terhadap pihak penyelenggara ialah akibat akan aksi tidak bertanggung jawab yang membuat tanaman-tanaman yang ada di sekitar Taman Bungkul rusak parah. Akibat insiden tersebut, Ibu Risma lalu dengan sigap memugar area tersebut dan menghantarkannya meraih penghargaan The 2013 Asian Townscape Award dari PBB sebagai Taman Terbaik Se-Asia pada tahun 2013.
Dengan ketelatenannya mengubah kota Surabaya menjadi kota layak huni yang lebih baik, Ibu Risma meraih penghargaan Mayor of the Month atau Wali Kota Terbaik di Dunia pada Februari 2014. Pada kenyataannya, tidak sedikit penghargaan yang diraihnya selama kepemimpinannya menjadi wali kota Surabaya yang patut kita acungi jempol.


Masih banyak tokoh-tokoh wanita yang dapat dijadikan inspirasi untuk kita para wanita era global dalam meraih impian setinggi mungkin, seperti kutipan Ibu Kita Kartini..

"Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam." 

Jadi, menurut kamu, siapa lagi Kartini masa kini yang patut dibanggakan?


(sumber data sebagian besar dirujuk dari Wikipedia) 

Jumat, 13 April 2018

Living in Silence in A Quiet Place

"Stay silent, stay alive"


source: http://www.impawards.com/2018/quiet_place.html 

*holding breath*
That was my first reaction while watching the trailer. "I must watch this", said me to myself.
A Quiet Place is a horror movie that was just released on April 6. You might have known that it is about a family who lived frightened of creatures that will hunt if they make a sound. IMDb rated this movie 8.2 out of 10. Whoa.. You probably have high expectation, don't you?
Here are 4 facts you might be curious about this movie:

1. Real-life Spouse
The husband and wife who played in this movie, John Krasinski and Emily Blunt are a real life spouse. Perhaps that is why the chemistry was undeniably well-built. Krasinski himself not only played the movie, but also directed it.

source: https://www.usatoday.com/story/life/movies/2018/04/03/why-working
-together-quiet-place-scared-john-krasinski-emily-blunt/476451002/

2. Speaking in Signs
The conversations between the characters were delivered mostly in American Sign Language (ASL). Due to the fact that there are mysterious blind creatures who attracted by sound, the family were living in nearly-total silence. Not to mention that the daughter is deaf in real life, Millicent Simmonds admitted that it was hard while shooting among non-deaf actors yet everyone on set were very supportive. She even had a private sign interpreter to help her understanding the directions during the movie making.

source: https://www.instagram.com/p/Bg13OLBlG2w/?taken-by=milliesimm

3. Silence is Survival
You probably wondering, how could they survive to not making any sound for their entire life? It's even harder than what you imagined. They walked barefoot in order to minimize every sound when they stepped up, even though they already put sand along the way. Even when they eat, they did not use any tools like plate, spoon, or fork, because of the fact that the creatures might hear the sound.  

 source: http://www.justjared.com/photo-gallery/4060481/quiet-place-end-credits-scene-15/

source: https://www.modemovie.com/a-quiet-place/
4.How to Deal with the Creatures
Unlike the other normal family who lives freely making noises, this family figured out the way to indicate if there is something or someone was in danger and needed help without making any sound. They used red lights that will be turned on in urgent situation. It also can be interpreted as the signal that the creatures showed up. They also tried to distract the creatures by making noises with firework. It worked when the wife in this family were in labor.
 source: https://www.independent.co.uk/arts-entertainment/films/features/a-quiet-place-
horror-film-interview-john-krasinski-director-cast-inspirations-emily-blunt-a8291026.html


So, what do you think? Still considering to watch this movie? You'd better be run off to the theater right away and be ready to not making any sound during the movie, because if you do, "they" might hear you!


(dindd, 2018) 

Senin, 09 April 2018

A Book Review: SOPHISMATA by ALANDA KARIZA

"What happens when you dislike politicians so much, yet you fall in love with one?"


source: https://www.goodreads.com/book/show/35265052-sophismata


Welcome to the first review by dindd- shortened from my name, Adinda-. Well, actually I've been longing to do a review for every movie I've watched, every book I've read, or even every place I've visited. But it's just me being so lazy I guess. So, let's jump to the review then!

Sophismata, a fiction novel written by Alanda Kariza and published in 2017. The story itself was about love and politics. Sophismata is a philosophy term means ambiguous sentence,confusing, grey, that makes us questioning ourselves whether the truth or logic were real or not.

The story between Sigi and Timur -the main characters- remains strong. I can tell that both of them have such a lucid vision. Not to mention that Sigi is explicitly assertive, Timur keeps up with his charmingly persistent ambition. They were once a school mate back in senior high school. After years, they met again as a grown up individuals that were both settled with their job. Sigi worked as admistration staff in DPR (Dewan Perwakilan Rakyat known as House of Representatives) in capital city, while Timur worked in judicial monitoring organization after finishing his master study in the UK. They met in an unpredictable evening when Sigi has to accompany her superior to meet a guy who wanted to discuss about nothing but politics. Sigi hates politics actually, yet works in the political industry. Different from Sigi, Timur has a strong desire of establishing a political party.

The setting used in this book were mostly in two cities, Jakarta and Bandung -Sigi's hometown-. The place setting showed us a little bit of modern lifestyle in capital city, they were taken in Sigi's office, presidency staf's headquarters, night club, Timur's apartment, and other places.

Not only talking about politics, the main characters prove us that there is beauty in differences. Even though both of them have their own dreams to be reached, they were unconditionally in love with each other. Sigi's character as a woman is really one of a kind. She is not afraid in delivering opinions, whether to her superior or Timur. She is also assertive in telling her feeling towards Timur, not like any common girls who hide their feelings and wait for miracle happened between them. There was one scene when she asked Timur about their relationship, is it black or white. I mean, who does that? Sigi always have principles that everything has to be black or white, she does not count grey in her life. She wanted everything to be clear.

Other than that, the conflict lies between her passion and what she was doing at that time. Timur emerges not to help her follow it, she does not need that because she always knew what to do.

For me personally, this book is giving such a newness in Indonesian fiction literature. The author delivered a fresh theme, which is politics, something that we are not so familiar about, and combined it with young love story, which is something that most of the readers are interested in.

Goodreads gave 3.6 out of 5 rating on this book, which I agreed. For those who are craving for a romance yet not cheesy, you might want to grab this when you stroll around at the bookstore.


(dindd, 2018)