Senin, 16 November 2015

For you, F

"Aku kadang bingung, fungsi grup ini apa ya?"
Begitu celetukan salah satu sahabatku di grup Line geng kami. Ya, kami sangat dekat, hingga membuat kami terkesan nge-geng.
Sejak aku mengenalnya saat kelas 11, which is now we've been bestfriends for 5 years, aku selalu menganggapnya sahabat paling loyal. Dia adalah sosok laki-laki yang dulu terkenal sok playboy, hingga aku mengubah penilaianku sendiri dengan menganggapnya sebagai mature grown up man.
Di antara kami ber-11, dialah sosok yang menurutku paling dewasa. Dia tidak berasal dari keluarga menengah ke atas, tapi kami sangat respect padanya. Pernah suatu kali, saat sekolah kami akan mengadakan study tour angkatan, dialah satu-satunya anak di kelas yang tidak excited akan hal itu. Tentu saja, faktor biayalah pemicunya. Kami tidak mungkin membiarkan dia tinggal sementara kami have fun sendiri. Alhasil, aku lupa ini ide siapa, kami pun menggalang dana untuk membantu kendala finansialnya.
Begitulah cerita singkat tentang erat dan loyalnya persahabatan kami saat SMA. Sampai tibalah kami pada masa-masa "Eh guys, kapan nih kumpul? Kangen tau." , atau , "Si X ulang tahun nih minggu depan, usahain luagin waktu yuk buat kumpul." , atau "Kalian ada yang free? Meet up yuk lama nih nggak ketemu." , atau bahkan sampai pada titik terjenuh kami. Ya, kalimat di awal paragraf ini. "Aku kadang bingung, fungsi grup ini apa ya?". Itulah kalimat yang dilontarkannya saat ajakan-ajakan bertemu yang berkedok rindu itu hanya menjadi wacana belaka. 
Mungkin dia sudah lelah. Oh tidak, aku yakin dia pasti sudah lelah. Aku pun begitu. Entah ini hanya perasaanku saja, atau bagaimana. Tapi aku rasa, akulah yang paling bersemangat untuk menghidupkan suasana kaku di grup Line kami. Ini hanya masalah karakter saja kalau aku boleh berpendapat. Mungkin memang aku yang dasarnya suka inisiatif memulai pembicaraan, mungkin memang mereka yang kurang excited dengan keberadaan grup ini, atau alasan-alasan aneh yang muncul dari kepalaku.
"Nggak ada fungsinya. Bikin nggak mau ketemu." Itu kalimat selanjutnya yang dia lontarkan.
Entah kenapa, aku merasa ada yang berbeda dari dirinya. Entah mungkin ini hanya perasaanku saja. Dia tidak biasa berkata seperti demikian. Sampai akhirnya, salah satu sahabat kami menimpalinya, "Kamu kok beda ya." dilanjutkan dengan celetukan temanku yang lain, "Alhamdulillah terwakilkan, makasih."
Dua kalimat tersebut cukup membuatku yakin bahwa ternyata bukan hanya aku yang menganggapnya berbeda.
".....Maaf karena kalian semua itu yang membentuk karakterku, baik buruknya aku ya terbentuk bareng kalian. Tapi ya udah lah, mungkin aku agak berlebihan karena naruh temen di urutan paling atas. Kayak orang kangen tapi yang nggak kesampaian. Tapi ya udah kalian juga suka sama grup ini. Aku sih males. Nggak lama aku pingin keluar dari grup ini. Lebih baik chat langsung diajak ketemuan. Haha semoga kalian semua sehat!"
Serentetan kalimat yang benar-benar nggak aku sangka bisa diucapkan oleh sesosok yang paling aku respect di antara persahabatan ini. Sudah sedikit melebihi ambang batas kesabaranku. Oh ya, aku lupa. Kalau kata orang sih, sabar nggak ada batasnya. Hahaha. Omong kosong. Coba sini gantikan posisiku!
Aku, disini, terhitung seorang teman yang sangat peduli dan perhatian. Aku pemikir, kalau boleh jujur.
Dengan kepala dingin aku mencoba menimpali kalimat panjangnya yang cukup aneh itu dengan "Kalo kangen ajak ketemu aja nggak harus lengkap kok. Dikira aku juga nggak males apa tiap kali ngajak ketemuan tapi cuma di read aja. Tapi aku tetep sabar dan positive thinking oh mungkin mereka pada sibuk oh mungkin udah ada janji oh mungkin kebentrok sama janji lain atau gimana. Yaaa mau gimana lagi. Semua ada masanya sih. Nggak perlu dipaksa. Kalo waktunya tepat pasti kesampaian kok mau kumpul semua. Yang penting intinya tetep jaga komunikasi dan sabaaar ngehadepin karakter berbeda. Persahabatan toh terbentuk dari indahnya perbedaan. Harus saling menegerti. Nggak semua bisa langsung berangkat ketemuan, nggak semua bisa keluar malem. Gitu"
Lalu dia meninggalkan grup Line kami.



Aku hanya bisa berharap saja bahwa semoga akan datang masanya individu yang berbeda bisa saling mengerti, menerima, menaruh persahabatan di tingkatan prioritas yang sama, memanage waktu dan kesibukan masing-masing, dan yang terpenting..... tetap menjaga tali persahabatan ini sampai masing-masing di antara kami habis masanya. :)



Teruntuk yang dahulu sangat kuhargai,


Persahabatan.